Sering belanja di pasar atau warung kan?
Atau sering beli-beli jajanan di kantin dan mamang somay?
Pastinya pernah kan beli bakso atau naik kendaraan umum?


Kadang-kadang kita belanja menggunakan uang yang mengharuskan ada kembaliannya.

Nah.. berdasarkan pengalaman temen-temen, uang kembalian yang dikasih pedagangnya itu di cek lagi ga?


Rata-rata jarang yang telaten selalu mengecek uang kembalian dari pedagang. Saya pun demikian awalnya. Karena saya berpikiran sudahlah saya percaya dengan si abang pasti uang kembaliannya pas. Kita sependapat?



Ternyata, ada baiknya bro kita cek lagi uang kembalian yang diberikan pedagang, kenapa? Sini saya kasih tau…..

Kita berpikiran uang kembaliannya cukup atau kalaupun kurang kita ikhlaskan saja. Pernah tidak kita berpikiran bagaimana kalau uang kembalian itu ternyata kelebihan? Mungkin ada sebagian orang yang mengucap Alhamdulillah dapet rejeki tambahan. Tapi coba pikirkan sebentar, apa itu halal?


Kalaupun uang kita yang masih tersisa di pedagang okelah mudah kita ikhlaskan, anggaplah sedekah. Tapi jika uang pedagang yang terbawa? Mungkin kelebihan seribu-duaribu itu bagi kita kecil, tapi bisa jadi bagi pedagang itu adalah untung yang sedang ia perjuangkan setiap hari. Belum lagi kalau ternyata dari untungnya lebih kecil dari uang yang kita bawa, bukannya untung malah buntung.. kasian kan?


Belum lagi dulu saat awal-awal peredaran uang pecahan Rp 10.000 yang baru sering tertukar dengan Rp 100.000,-.. nah itu lebih fatal lagi! Jangan kita merasa beruntung mendapatkan uang itu, justru itu hak pedagang yang kita ambil. Bahaya!


Jika kita sering melihat berita di TV, nasib pedagang sering tak tentu. Mulai dari pasar tradisional yang tergerus pasar modern, harga barang yang semakin tinggi karena permainan oknum, hingga turunnya daya beli masyarakat yang menyebabkan turunnya omset pedagang. Hidup pedagang sudah sulit, jangan ditambah sulit dengan hal-hal sepele yang bisa jadi berharga bagi pedagang seperti yang saya tuliskan diatas.


Lebay amat sih perkara uang kembalian seribu aja jadi masalah?


Ah.. Enggak juga…

Lebih baik kita ungkap hal kecil yang mungkin disepelekan tapi cukup berarti bagi pedagang kecil. Tidak semua pedagang paham nilai tukar rupiah yang melemah hingga sekarang masih diangka 13ribuan, tidak semua pedagang mengerti apa itu MEA dan kenapa perlu diantisipasi, dan tidak semua pedagang peduli iklim investasi Indonesia memburuk sehingga investor asing pergi dari Indonesia. Yang pedagang inginkan hanyalah dagangannya hari ini laku dan mendapat untung yang maksimal. Itu saja.


Ibu saya seorang pedagang jajanan anak-anak di SD. Dari dagangan yang dijual itu untungnya ga banyak bro! 1 renteng isi 10 bungkus ciki misalnya itu hanya untung 500 rupiah. Kebayang berapa banyak yang harus dijual untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari? Dan dari situ bisa dilihat, karena uang seribu yang mungkin terbawa oleh pembeli, ibu saya harus menjual 2 renteng jajanan tanpa untung.


Itulah ilustrasi bagaimana pedagang kecil mendapatkan untung. Begitupula dengan pedagang-pedagang lain. Jual kangkung, bayem, kacang panjang itu paling untung 500 rupiah perikat.


Mari kita hargai hak orang lain mulai dengan melakukan hal-hal kecil yang berarti. Bermanfaat bagi orang lain tidak hanya dilakukan dengan melakukan hal-hal besar. Hal kecil seperti ini tentunya lebih mudah kita lakukan toh? Tidak pernah ada ruginya jika kita meluangkan waktu sejenak untuk memastikan uang kembalian kita sesuai, tidak kurang dan tidak lebih. Akan lebih baik jika sekali-sekali Anda lebihkan saat membeli barang.. sedekah bro!


Yuk.. periksa uang kembalian…




Semoga menginspirasi

Rizki Kurniawan

1 komentar: